Jika Berbatas, Bukan Sabar Namanya
Sabar adalah kata yang sering kita dengar—mungkin sudah jadi bagian sehari-hari dalam hidup kita. Tapi pernah nggak terpikir, apa sebenarnya makna sabar yang sesungguhnya? Banyak orang bilang mereka sabar, tapi dengan catatan: ada batasnya -hahaha, itu sih bukan sabar namanya. Padahal, kalau kita melihat makna sabar yang sebenarnya, sabar itu adalah sebuah sikap yang nggak punya batas.
Sabar bukan sekadar menahan emosi sesaat atau berusaha tetap tenang. Ini adalah proses belajar yang membutuhkan pengendalian diri yang dalam, terutama saat dihadapkan pada situasi yang menantang. Kalau kita mudah mengatakan “Aku sabar, tapi ada batasnya,” mungkin sebenarnya kita masih berada di tahap awal dalam memahami kesabaran. Sabar sejati bukan hanya soal menahan diri, tapi tentang menghadapi situasi dengan hati yang lapang, tanpa rasa marah, kecewa, atau ingin cepat selesai.
Mungkin kedengarannya berat, tapi justru di situlah kekuatan sejati dari kesabaran. Menghilangkan batas pada kesabaran artinya kita mencoba untuk terus mempraktikkan penerimaan tanpa pamrih. Ini bukan berarti kita membiarkan diri disakiti atau dimanfaatkan, tapi lebih kepada cara kita menata hati, supaya tetap tenang dan tidak terbawa amarah atau frustasi.
Proses ini membutuhkan waktu. Sama seperti kita membangun kebiasaan, kesabaran juga adalah hal yang perlu dilatih, bahkan bertahap. Saat kita benar-benar bisa memahami bahwa “sabar tidak memiliki batas,” kita belajar menahan diri dengan tulus. Ini bukan lagi soal menunggu waktu untuk menyelesaikan masalah, tapi tentang membangun ketenangan di dalam diri kita sendiri.
Jadi, jika kita menganggap diri kita sebagai orang yang sabar, mari teruskan usaha itu, bahkan ketika terasa sulit. Karena, seperti kata pepatah, “Bukan sabar namanya kalau masih ada batasnya.”